Selasa, 22 Desember 2009

LAILATULQADAR

Lailatul Qadar

”Sesungguhnya Kami (Allah) menurunkan Al-Qur’an pada malam kepastian (lailatul qadar). Dan Tahukah kamu, apakah lailatul qadar itu? Lailatul qadar itu lebih baik dari seribu bulan. Malaikat turun di malam itu dengan segala keputusan dengan izin Tuhan mereka. Selamat sejahtera malam itu sampai terbit fajar” (QS Al-Qadar 1-5)


P E R S E R O A N T E R B A T A S
----
Kantor Pusat: Jl. Raya Kapas Panji Km3 Bukittinggi
Telp: (0752) 31313 – 33877 Fax.: (0752) 624817
Kantor Cabang: Jl. Raya Imam Bonjol
Padang Panjang No. 230 Telp./Fax: (0752) 484183
Merajut Laba Menepis Riba,
Maju Bersama Dengan Ke Redhaan Allah

PENGHIMPUNAN DANA :
Tabungan Andalas, Tabungan Qurban, Tabungan Haji, Tabungan Siswa, Tabungan Usaha,
Deposito Mudharabah (1- 12 Bulan)
PENYALURAN DANA :
Pembayaran Murabahah, Musyarakah, Mudharabah, Kebajikan.

-----

Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan hadis dari Siti ‘Aisyah R.a. bahwa Nabi SAW telah berkata :
تَحَرَّوا لَيْلَةَ القَدْرِ فِى الوِتْرِ فِى العَشْرِ الأوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ – رواه البخارى ومسلم
“Carilah lailatul qadar pada malam ganjil dari sepuluh terakhir Ramadhan”. (HR Bukhari Muslim)
Imam Bukhari menyebutkan pula hadis dari Ibnu Abbas bahwa Rasulullah berkata :
إِلْتَمِسُوا لَيْلَةَ القَدْرِ فى العشْرِ الأواخِرِ مِنْ رَمَضَانِ فى تاسِعِهِ تَبْقَى فِى سَابِعِهِ ِتَبَْقَى فى خَامِسِهِ تَبْقَى – رواه البخاري
“Carilah lailatul qadar pada sepuluh hari terakhir Ramadhan yaitu pada malam 21, malam 23 dan malam 25” (HR Bukhari)
Rasulullah berkata:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَاتَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ وَمَنْ قَامَ لَيْلَةَ القَدْرِ إيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَاتَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ – رواه البخاري
“Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan karena iman dan ikhlas (karena Allah), maka akan diampuni dosanya yang telah lalu. Dan barangsiapa yang melakukan ibadah pada malam lailatul qadar dengan iman dan ikhlas (karena Allah) akan diampuni dosanya yang terdahulu”. (HR Bukhari)
Berdasarkan ayat 1-5 surah Al Qadar dan hadis diatas mengenai kebesaran dan keagungan lailatul qadar dapat kita ambil manfaat dan mengamalkannya dalam bulan Ramadhan yang datang hanya sekali dalam setahun.
Jika pada tahun ini kita dapat bertemu dengan bulan Ramadhan belum tentu kita akan dapat bertemu dengan pada tahun-tahun berikutnya.
Para ulama menjelaskan bahwa penyebutan malam itu dengan lailatul qadar, karena pada malam itu para malaikat menuliskan tentang takdir rezeki dan ajal manusia dalam tahun itu.
Penamaan malam itu dengan lailatul qadar disebabkan kemuliaan dan keagungan malam itu. Ada pula ulama yang berpendapat bahwa malam itu disebut lailatul qadar karena amal saleh pada malam itu mempunyai kadar nilai tersendiri di sisi Allah, yaitu diterimanya amal saleh oleh Allah SWT.
Adapun pendapat yang masyhur dari ulama fiqh bahwa lailatul kadar itu jatuh pada malam 27 Ramadhan.
Hadis diatas merupakan perintah untuk melakukan ijtihad serta mencermati tanda dan petunjuk tentang lailatul qadar yang diberikan Allah SWT. Pernytaan ini ditujukan kepada mereka yang mempunyai hati yang bersih dari debu maksiat, bebas dari dosa dan tidak terpengaruh oleh godaan dunia. Sebab merekalah orang-orang yang memungkinkan untuk mencermati dan mengetahui lailatul qadar, bukan mereka yang mempunyai hati tertutup dengan kesenangan duniawi dan bergelimang dosa.
Dalam sebuah diriwayatkan bahwa Husen bin Fadhal ditanya: ”Bukankah Allah itu telah menetapkan telah menetapkan semua keputusan sebelum Allah menciptakan langit dan bumi? Dia menjawab:”Ya, benar”. Maka ditanyakan lagi:”Lalu apa arti malam kepastian (lailatul qdar) itu? Dia menjawab: ”Pengaturan tentang keputusan beberapa waktu dan pelaksanaan keputusan yang telah ditentukan itu.”
Adapun diantara tanda-tanda lailatul qadar, Hasan Basri berkata: ”Sesungguhnya lailatul qadar itu malam yang cuacanya bersih, tidak panas dan tidak dingin dan pada pagi harinya matahari terbit tanpa sinar yang kuat (redup)”.
Dalam kitab Syarah (Uraian) Sahih Muslim disebutkan, bahwa keluarnya matahari dengan tanpa sinar itu karena banyaknya malaikat yang naik turun ke bumi. Ketika habis malam, mereka itu naik ke langit secara berombongan hingga sayap dan jasad malaikat yang halus itu menghalangi sinar matahari ketika terbit.
Al-Baghawi menyebutkan riwayat dari Ibnu Abbas tentang sebab turunya ayat Allah SWT, ”Lailatul Qadri khairun min alfu syahr;Lailatul qadar itu lebih baik dari seribu bulan”.Yaitu diceritakan kepada Rasulullah SAW kisah seorang dari Bani Israel yang memanggul senjata (berperang) di jalan Allah selama seribu bulan. Maka Rasulullah terheran-heran dan berharap hal itu bisa dilakukan umatnya. Lalu beliau berdo’a:”Ya Rabbi, Engkau jadikan umatku umat yang terpendek usianya dan paling sedikit amalnya”. Maka Allah memberikan kepada Nabi Muhammad lailatul qadar dengan firman-Nya: ”Lailatul Qadri khairun min alfu syahr”. Maksudnya, lailatul qadar itu lebih baik bagimu dan umatmu sampai hari kiamat dari seribu bulan yang mana seorang Bani Israel memanggul senjata berperang di jalan Allah.
Para ahli Tafsir menjelaskan:”Arti ayat ini adalah, bahwa amal saleh pada malam qadar itu lebih baik dari amal seribu bulan diluar malam lailatul qadar”.
Adapun ayat-Nya:”Pada malam lailatul qadar itu malaikat dan Jibril turun dengan izin Tuhan mereka dengan membawa kebaikan dan keberkahan serta keselamatan”. Dijelaskan oleh Imam Atha:”Maksudnya keselamatan terhadap kesayangan Allah dan orang-orang yang taat kepada-Nya”.
Pada malam itu para malaikat menyampaikan salam sejahtera kepada umat Islam yang beribadah mulai terbenam matahari sampai terbit fajar. Ada pula yang mengatakan bahwa malam lailatul qadar itu merupakan malam yang penuh kesejahteraan dan kebaikan tanpa ada keburukan (cacat). Malam itu Allah tidak menentukan sesuatu kecuali hanya kebaikan dan keselamatan, dimana setan tidak bisa melakukan tipu dayanya sampai matahari terbit.

Amal Akhir Ramadhan
Sesungguhnya bulan suci Ramadhan yang dirindukan kini akan segera meninggalkan kita. Menjauh dari keseharian kita. Hendaklah kita melakukan introspeksi diri, apa yang telah kIta lakukan di bulan yang penuh berkah ini? Sudah ikhlaskah kita dalam beribadah pada bulan yang suci ini dengan maksimal?
Marilah kita tanya diri kita, apakah kita telah membawa pahala atau kita meninggalkan bulan Ramadhan dengan tangan hampa tanpa pahala? Atau bahkan sebaliknya kita tinggalkan bulan ini dengan berlumuran dosa?
Barangsiapa yang telah banyak melakukan kebaikan, maka hendaklah dia memuji Allah Ta’ala. Dan berharap agar Allah berkenan menerima amal ibadah yang dia lakukan dan hendaklah dia istiqamah sampai ajal tiba. Sedangkan orang yang lalai, yang telah membiarkan Ramadhan lewat begitu saja tanpa kesungguhan dalam beribadah di dalamnya, maka hendaklah dia bertaubat kepada Allah Ta’ala dengan taubat yang sungguh-sungguh.
Bersegeralah untuk bertaubat sebelum semuanya terlambat! Tutuplah lembaran-lembaran bulan Ramadhan ini dengan kebaikan dan amal saleh. Karena, amalan itu tergantung dengan amalan penutupnya. Perbanyaklah bekal menuju akhirat dengan takwa kepada Allah Ta’ala. Akhirilah bulan yang mulia ini dengan amalan-amalan yang baik. Rasulullah SAW berkata artinya:
“Orang yang cerdas adalah insan yang mengekang nafsunya dan beramal untuk (bekal) setelah kematian. Sedangkan orang yang lemah adalah orang yang mengikuti hawa nafsunya dan banyak berangan-angan.” (At-Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Meski Ramadhan akan segera berlalu, bukan berarti kesempatan beramal sudah habis. Di akhir Ramadhan, masih ada beberapa ibadah yang disyariatkan sebagai penutup amalan seorang hamba yang mulia ini. Di antara syari’at itu adalah:
Istighfar. hendaklah kita memperbanyak istighfar kepada Allah Ta’ala. Istighfar, memohon keampunan menjadi penutup bagi segala amal kebaikan. Rasulullah SAW jika selesai melaksanakan shalat fardhu, beliau beristighfar dalam keadaan menghadap kiblat. Beliau beristighfar tiga kali. Rasulullah SAW juga beristighfar setiap selesai melakukan shalat malam. Allah Ta’ala berfirman menceritakan sifat-sifat kaum mukminin:

“Dan yang memohon ampun di waktu sahur.” (Qs Ali Imran 3/17)
Rasulullah SAW juga mengakhiri hayatnya dengan istighfar. Allah Ta’ala berfirman artinya:
“Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan, dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong, maka bertasbihlah dengan memuji Rabbmu dan mohonlah ampun kepada-Nya.Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat.” (QS an-Nashr 110:1-3)
Hikmah mengakhiri amal dan menutup usia dengan istighfar yaitu berperan untuk menutupi kekurangan serta kesalahan dalam amalan sepanjang usia. Karena manusia tidak akan lepas dari kekurangan dan kesalahan.
Hikmah lainnya, agar seorang muslim tidak tertipu atau silau dengan amal ibadah yang telah dilakukannya. Hendaklah seorang muslim senantiasa menganggap dirinya kurang maksimal dalam menunaikan hak-hak Allah Ta’ala. sekalipun telah banyak amalan yang dia perbuat. Oleh sebab itu, disyariatkan beristighfar, memohon ampunan Allah Ta’ala atas kekurangan ini.
Jika yang melakukan amal saleh saja disyariatkan untuk beristighfar, lalu bagaimana dengan orang yang senantiasa melakukan perbuatan dosa dan maksiat, namun dia enggan beristighfar?
Diantara amal saleh yang bisa dijadikan sebagai penutup bulan yang penuh barakah ini yaitu zakat fithri. Zakat fitrah merupakan syiar Islam dan kewajiban yang agung. Allah Ta’ala mewajibkannya atas seluruh kaum muslimin, baik laki-laki maupun perempuan, kecil maupun besar, merdeka maupun budak. Zakat ini sebagai pembersih bagi orang yang berpuasa dan sebagai makanan bagi orang-orang miskin, agar mereka ikut serta merasakan kebahagiaan di hari raya Idul Fitri. Zakat ini diambilkan dari makanan pokok daerah setempat. Allah Ta’ala berfirman:

Yaitu dari makananyang biasa kamu berikan kepada keluargamu.” (Qs al-Maidah/5: 89)
Inilah jenis makanan yang bisa dijadikan sebagai zakat fithrah. Namun jika ada yang menunaikan zakat fithrahnya dengan makanan yang lebih bagus kuwalitasnya daripada yang biasa dia konsumsi, maka itu lebih utama. Sebaliknya, belum dikatakan menunaikan zakat, jika dia menggunakan makanan yang jelek. Allah Ta’ala berfirman artinya:
“Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu nafkahkan dari padanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memicingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.” (Qs al-Baqarah 2:267)
Atas dasar itu, hendaklah kita memperhatikan amalan ini. Hendaklah kita menunaikannya sesuai dengan petunjuk Rasulullah SAW janganlah kita menunaikan dengan wujud uang, karena Rasulullah SAW dan para sahabat tidak pernah menunaikannya dengan uang, padahal uang pada saat itu sudah ada. Tunaikanlah perintah ini sebagaimana mestinya agar menjadi amalan yang diterima dan bermanfaat bagi si pelaku. Dan semoga Allah Ta’ala menjadikan kita termasuk orang-orang yang diterima amalannya.
Amalan lain yang disyariatkan oleh Allah Ta’ala di penghujung bulan ini bertakbir, mengagungkan Allah Ta’ala. Allah Ta’ala berfirman:

“Dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.” (Qs al-Baqarah/ 2:125
Takbir disyariatkan apabila telah terlihat hilal bulan syawal sampai pelaksanaan shalat ied. Takbir ini dilakukan di masjid-masjid, rumah-rumah dan jalan-jalan sebagaimana yang dilakukan oleh para sahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, guna menyebarkan syiar Islam dan mengagungkan Allah Ta’ala atas segala karunia dan nikmat-Nya.
Itulah beberapa amalan yang Allah Ta’ala syariatkan di akhir bulan yang mulia ini. Semoga menjadi amalan yang dapat kita tunaikan sebelum ajal menjemput. (Abu Razi)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Assalamu'alaikum wr.wb.
Pembaca Yang Budiman,
SELAMAT MEMBACA BULETIN MIMBAR ISLAM
Penerbit Lembaga Dakwah Pondok Pesantren AL HARBI PABALUTAN - BATUSANGKAR
Wassalam
Tim Redaktur