Selasa, 22 Desember 2009

TERGESA-GESA

"Manusia telah dijadikan (bertabiat) tergesa-gesa. Kelak akan Aku perlihatkan kepadamu tanda-tanda (adzab)-Ku. Maka janganlah kamu minta kepada-Ku mendatangkannya dengan segera." (QS. al-Anbiya': 37)

Kebanyakan manusia mempunyai sifat tergesa-gesa dan serba ingin cepat. Petunjuk untuk tidak berlaku tergesa-gesa atau serba cepat itu telah digariskan dalam Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW yang menjadi pegangan kita umat Islam dalam beramal dan bertindak dalam kehidupan sehari-hari.
Untuk mengetahui lebih jauh sifat tergesa-gesa dapat anda simak dengan uraian berikut.
Firman Allah diatas menjelaskan tentang sifat tergesa-gesa yang memang menjadi sifat manusia, dijadikan Allah demikian, namun Allah akan menguji umatnya dan juga firman-Nya;

"Dan manusia berdo'a untuk kejahatan sebagaimana ia berdo'a untuk kebaikan. Dan adalah manusia bersifat tergesa-gesa." (QS. al-Isra': 11)

Ayat pertama menjelaskan bahwa manusia diciptakan dengan sifat tergesa-gesa. Yang dimaksud dengan manusia di sini, bisa jadi semua jenis/bangsa manusia atau bisa pula Adam a.s.. Artinya, ia diciptakan dengan sifat tergesa-gesa. Manakala secara alami Adam memiliki sifat seperti ini, maka ia mendapatinya pula ada pada anak-anaknya lalu mewariskan kepada mereka sifat tergesa-gesa ini.
Menurut Ibn al-Jauzi dalam tafsirnya, Zad al-Masir, Bila yang dimaksud manusia di sini adalah jenis/bangsa manusia, maka bisa jadi dalam redaksi ayat terdapat Taqdim (Sesuatu yang didahulukan) dan Ta'khir (sesuatu yang dikemudiankan), maknanya bahwa sifat tergesa-gesa diciptakan pada manusia.
Terdapat hadits yang menyebutkan bahwa ayat pertama di atas (surat al-Anbiya') turun ketika orang-orang kafir Quraisy meminta disegerakannya adzab atas mereka, lalu Allah SWT ingin melarang mereka dan memberi peringatan kepada mereka. Karena itu, didahulukan celaan kepada manusia bahwa ia memiliki sifat, tabi'at dan karakter tergesa-gesa sehingga membuatnya tidak mau membuka mata dan tidak berhati-hati dalam menyampaikan tuntutannya.
Dengan makna ini tidak ada hal yang perlu dipertentangkan antara penggalan pertama ayat yang artinya, "Manusia telah dijadikan (bertabiat) tergesa-gesa" dan penutupnya, "Maka janganlah kamu minta kepada-Ku mendatangkannya dengan segera."
Masalahnya, ada sebagian orang yang mempertentangkan hal itu dengan mengatakan, bagaimana bisa di satu sisi manusia diciptakan dengan sifat dan tabiat tergesa-gesa, sementara di sisi yang lain, Allah SWT melarangnya melakukan sifat yang sudah menjadi karakter dan tabiatnya itu? Bukankah ini sama dengan pembebanan dengan sesuatu yang mustahil?
Jawaban atas pertanyaan kritis seperti ini dikatakan, bahwa benar, manusia diciptakan dengan tabiat tergesa-gesa akan tetapi ia juga mampu untuk memaksakan dirinya agar berhati-hati dan tidak tergesa-gesa. Sebagaimana ia diciptakan dengan sifat cinta hawa nafsu, maka di samping itu pula ia harus mampu memaksakan dirinya agar mengekangnya. Artinya, bahwa manusia memiliki kemampuan yang dengannya ia dapat mengalahkan hawa nafsu dan juga meninggalkan sifat tergesa-gesa itu!
Sementara ayat kedua di atas (surat al-Isra') juga menjelaskan sifat tergesa-gesa manusia, lahir dan batin. Dalam ayat itu, diinformasikan mengenai sifat manusia yang ingin cepat-cepat (tergesa-gesa) dan meminta semua apa yang terbetik di dalam hati dan perasaannya serta bila sedang kecewa, maka ia berdo’a atas dirinya sendiri, anak atau hartanya dengan kematian, kebinasaan, kehancuran dan semisalnya.
Maka benarlah firman-Nya, artinya, "Dan manusia berdo'a untuk kejahatan sebagaimana ia berdo'a untuk kebaikan. Dan adalah manusia bersifat tergesa-gesa," (QS. al-Isra’: 11), yakni bertabiat tergesa-gesa.
Di antara ketergesa-gesaannya itu adalah berdo’a untuk kejahatan sebagaimana ia berdo’a untuk kebaikan. Andaikata Allah mengabulkannya, niscaya celakalah ia dengan do’anya itu sebagaimana firman-Nya, artinya, "Dan kalau sekiranya Allah menyegerakan kejahatan bagi manusia seperti permintaan mereka untuk menyegerakan kebaikan, pastilah diakhiri umur mereka. Maka kami biarkan orang-orang yang tidak mengharapkan pertemuan dengan Kami, bergelimang di dalam kesesatan mereka." (QS. Yunus: 11)
Terkait dengan hal ini, terdapat hadits yang diriwayatkan Abu Hurairah r.a, ia berkata, "Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, 'Ya Allah, sesungguhnya Muhammad adalah manusia biasa yang dapat marah sebagaimana manusia marah. Dan sesungguhnya aku telah mengambil janji di sisi-Mu bahwa Engkau tidak akan mengingkariku akan hal itu; maka Mukmin mana pun yang telah aku sakiti, aku cela atau aku cambuk, maka jadikanlah hal itu sebagai kafarat (penghapus dosa kecil) dan taqarrub (pendekatan diri) yang dengannya Engkau dekatkan ia kepada-Mu pada hari Kiamat." (HR Muslim)
Hadits ini menunjukkan sifat manusia yang suka cepat-cepat dan tergesa-gesa dalam mengambil keputusan, mengeluarkan putusan hukum, memberikan sanksi, mencela dan menginginkan kesenangan.
Terdapat hadits dari 'Aisyah r.a. bahwasanya Nabi SAW bersabda, "Sesungguhnya sifat lemah-lembut (berhati-hati) tidaklah berlaku pada sesuatu melainkan ia akan menghiasinya dan tidaklah ia dicabut dari sesuatu melainkan ia membuatnya tercela." (HR.Muslim)
Hadits lainnya berasal dari Jarir bin Abdullah r.a, ia berkata, "Aku pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda, 'Barangsiapa yang diharamkan dari sifat lemah-lembut (tidak memilikinya), maka niscaya ia diharamkan dari kebaikan (tidak mendapatkannya).” (HR.Muslim)
Sifat tergesa-gesa amat berpengaruh pada kehidupan manusia dan segala aktivitasnya melalui dua sisi:
Pertama, Sisi Materil, di mana seseorang akan banyak kehilangan hal-hal yang bermanfaat baginya atau dapat mengakibatkan ia ditimpa penyakit, musibah, bencana dan kerugian yang bervariasi baik terhadap tubuhnya, anak, harta dan hal-hal yang dimilikinya. Ketergesa-gesaannya dalam mengambil sesuatu, berjalan, mengendarai mobil, memasak makanan, memberikan sanksi kepada anaknya dan dalam pembicaraannya; maka semua itu memiliki pengaruh materil yang amat besar dan nyata.
Oleh karena itu, dalam ayat yang lain (QS. al-Furqan: 63), Allah SWT menyebut manusia yang beruntung dan sukses, yaitu seorang Mukmin dengan sifat tenang dan lemah-lembut. Demikian juga Luqman berwasiat kepada putranya agar bersifat sederhana.

”Dan sederhanalah kamu dalam berjalan, dan lunakkanlah suaramu, sesungguhnya seburuk-buruk suara adalah suara keledai.”(QS. Luqman: 19).
Tidak diragukan lagi, bahwa dalam kesederhanaan itu terdapat pengaruh yang amat terpuji dan akibat baik yang tidak dapat ditakar dengan harga.
Inilah yang kita dapatkan ringkasan dan maknanya dari batasan dan persyaratan yang disampaikan Rasulullah SAW dalam haditsnya di atas, "Sesungguhnya sifat lemah-lembut (berhati-hati) tidaklah berlaku pada sesuatu melainkan ia akan menghiasinya dan tidaklah ia dicabut dari sesuatu melainkan ia membuatnya tercela." Dan saat beliau bersabda, "Barangsiapa yang diharamkan dari sifat lemah-lembut (tidak memilikinya), maka niscaya ia diharamkan dari kebaikan (tidak mendapatkannya)."
Dalam sifat lemah-lembut (berhati-hati) terdapat jaminan yang tegas akan berlangsung baiknya semua urusan manusia dan damainya kondisi dan kesudahannya. Sifat lemah-lembut bahkan merupa kan pintu kebaikan yang harus dimiliki setiap manusia sehingga ia dapat meraih buahnya; jika ia menghindarinya, berarti ia tidak akan mendapatkan kebaikan apa pun.
Kedua, Sisi Kejiwaan, di mana sifat tergesa-gesa akan membuatnya luput dari merasakan ketenangan jiwa, ketenteraman dan kedamaian. Sifat tergesa-gesa secara dzati dan pengaruhnya dapat menimbulkan kecemasan pada manusia, membekaskan penyesalan ke dalam perasaan dan relung hatinya sehingga dapat mengganggu kesehatan jiwa dan kestabilan hatinya.
Gejala kejiwaan paling penting yang ditimbulkan sifat tergesa-gesa adalah penyesalan dan sikap menyayangkan atas apa yang telah berlalu. Ini adalah penyakit yang menghinggapi semua manusia, sedikit atau banyak, dan diantara sebabnya yang paling penting adalah karena tidak membiasakan jiwa untuk mengekang sifat tergesa-gesa itu!
Jargon populer yang mengatakan, ”Lebih cepat, lebih baik” akan berdampak buruk jika tidak cermat sebagaimana hadits Rasulullah SAW mengatakan,
يقول نبي الله صلى الله عليه وسلم: [التأني من الله والعجلة من الشيطان] رواه مسلم
ِArtinya: ”Pelan itu dari Allah dan tergesa-gesa itu dari syaitan” (HR Muslim)
Di sinilah rahasia pelajaran Rasulullah s.a.w. agar memiliki sifat tenang, lemah-lembut dan pengaruhnya. [Hanif Yahya dan Abu Razi, Sumber:Al-’Ajalah, Dr. Abd Aziz Muhammad)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Assalamu'alaikum wr.wb.
Pembaca Yang Budiman,
SELAMAT MEMBACA BULETIN MIMBAR ISLAM
Penerbit Lembaga Dakwah Pondok Pesantren AL HARBI PABALUTAN - BATUSANGKAR
Wassalam
Tim Redaktur