Selasa, 22 Desember 2009

MERAIH KEAMPUNAN

"Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui." (Ali Imran: 135).

Kesalahan dan dosa bagi manusia adalah suatu kelaziman. Tidak ada manusia yang ma'shum, setebal apa pun tingkat keimanannya, seluas apa pun ilmunya dan sedalam apa pun ketakwaannya kepada Allah, selama dia adalah manusia, dia pasti suatu kali akan melakukan kesalahan dan dosa. Allah memang tidak berkehendak menciptakan manusia dalam keadaan bersih dari kesalahan dan sempurna dari dosa, karena Allah hanya menginginkan kesempurnaan untuk diriNya. Persoalan sebenarnya bukan pada manusia yang berdosa dan bersalah, akan tetapi apa yang dilakukan setelah dosa dan kesalahan tersebut?



P E R S E R O A N T E R B A T A S

Kantor Pusat: Jl. Raya Kapas Panji Km3 Bukittinggi
Telp: (0752) 31313 – 33877 Fax.: (0752) 624817
Kantor Cabang: Jl. Raya Imam Bonjol
Padang Panjang No. 230 Telp./Fax: (0752) 484183
Merajut Laba Menepis Riba,
Maju Bersama Dengan Ke Redhaan Allah

PENGHIMPUNAN DANA :
Tabungan Andalas, Tabungan Qurban, Tabungan Haji, Tabungan Siswa, Tabungan Usaha,
Deposito Mudharabah (1- 12 Bulan)
PENYALURAN DANA :
Pembayaran Murabahah, Musyarakah, Mudharabah, Kebajikan.


Nabi Adam telah mengukir keteladanannya dalam hal ini, bukan pada pelanggarannya terhadap larangan Allah, akan tetapi pada apa yang dia lakukan setelah dia melakukan pelanggaran tersebut.
Sebagaimana telah kita ketahui bahwa Adam bersama istrinya diizinkan oleh Allah tinggal di surga. Allah melarangnya mendekati satu pohon yang ada di sana, tetapi Adam melanggar-nya karena bujuk rayu setan, akan tetapi setelah itu Adam menye-sali dan menyadari kesalahannya serta memohon ampun kepada Allah. Allah mengampuninya dan Adam pun menjadi lebih mulia dan lebih baik dari sebelumnya. Firman Allah Ta’ala,

"Kemudian Rabbnya memilihnya maka Dia menerima taubatnya dan memberinya petunjuk." (Thaha: 122).
Di sisi lain, manakala Allah menciptakan Bani Adam dengan kesalahan dan dosanya, Dia pun membuka peluang perbaikan se-lebar-lebarnya. Dia memanggil dan mengajak hamba-hambaNya agar memanfaatkan peluang tersebut sebaik-baiknya. Dan peluang ini senantiasa terbuka siang-malam sepanjang umur manusia atau umur dunia ini. Peluang tersebut adalah taubat untuk meraih ampunan Allah Ta’ala. Firman Allah Ta’ala,
"Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepa-daNya sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi)." (Az-Zumar: 54).
Dari Nabi saw bersabda dalam Hadits Qudsy:

يَاعِـبَادِيْ، إِنَّكُمْ تُخْطِئُوْنَ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَأَنَا أَغْـفِـرُ الذُّنُوْبَ جَمِيْعًا فَاسْتَغْفِـرُوْنِيْ أَغْـفِـرْ لَكُمْ.
"Wahai hamba-hambaKu, sesungguhnya kalian melakukan kesalahan siang-malam dan Aku mengampuni seluruh dosa, oleh karena itu mohonlah ampun kepadaKu, niscaya Aku mengampuni kalian." (HR. Muslim).
Jika Allah mengajak kepada ampunan, berjanji memaafkan dan membuka pintunya lebar-lebar, sementara kita manusia selalu berdosa, maka tidak sekedar layak, akan tetapi sangat layak kalau kita mengetuk pintu tersebut dengan harapan Allah berkenan melimpahkan maafNya kepada kita semua, sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Pemurah. Sekarang bagaimana caranya agar kita dapat menggapai ampunan tersebut?
Banyak cara dan jalan menggapai keampunan Allah. Lebih dari itu, cara-cara tersebut adalah sangat mudah, tergantung kepada kita sendiri, ingin atau tidak ingin.
Di sini dikemukakan empat cara yang merupakan cara yang paling penting dan mendasar.

Pertama : Taubat
Jika Allah menghendaki, tidak ada dosa yang tidak terhapus oleh taubat, seberat dan sebesar apa pun, jangankan dosa-dosa kecil, dosa-dosa besar pun akan terhapus oleh taubat bahkan dosa tertinggi dalam Islam yaitu syirik, juga akan terhapus oleh taubat dengan catatan kemusyirikan tersebut tidak dibawa mati. Lihatlah kepada sebagian sahabat Nabi yang di masa jahiliyah adalah orang-orang penyembah berhala. Begitu mereka bertaubat darinya, mereka pun menjadi manusia terbaik umat ini. Tengoklah seorang laki-laki dari umat terdahulu -seperti yang dikisahkan oleh Rasulullah- pembunuh seratus nyawa. Adakah di dunia ini pelaku dosa yang lebih besar dan lebih banyak darinya? Dosanya adalah pembunuhan dan korbannya adalah seratus nyawa. Laki-laki tersebut dengan dosanya itu tetap meraih ampunan Allah dengan taubatnya dan usaha kerasnya untuk memperbaiki diri yang dia buktikan dengan berhijrah ke kota lain yang bisa mendukung usahanya tersebut.
Taubat yang bagaimanakah seseorang dapat meraih ampunan Allah? Yaitu taubat yang memenuhi lima syarat:
1). Ikhlas: Maksudnya adalah, hendaknya pemicu taubat adalah harapan terhadap pahala Allah dan kekhawatiran terhadap azab-Nya.
2). Penyesalan, dan bukti penyesalan adalah harapan seandai-nya dia tidak melakukannya.
3). Meninggalkan dosa-dosa, jika dosa karena meninggalkan suatu kewajiban maka taubatnya dengan melakukan yang mungkin dilakukan, dan jika dosa karena melakukan suatu larangan, maka dengan meninggalkannya, dan termasuk meninggalkan adalah meminta maaf kepada orang yang kita zalimi dan mengembalikan haknya kepadanya. Ini jika dosa tersebut di antara sesama.
4). Niat kuat untuk tidak mengulangi
Dengan perbuatan yang mengakibatkan dosa apapun bentuknya yang pernah dikerjakan sebelumnya, jangan diulang kembali.
5). Taubat dilakukan sebelum tertutup
Kapan itu? Jika nafas seseorang telah sampai di kerongkongan dan jika matahari terbit dari barat.
Dari Abu Hurairah r.a., berkata, Rasulullah SAW bersabda,

مَنْ تَابَ قَبْلَ أَنْ تَطْلُعَ الشَّمْسُ مِنْ مَغْرِبِهَا تَابَ اللّهُ عَلَيْهِ.
"Barangsiapa bertaubat sebelum matahari terbit dari barat, maka Allah akan mengampuniNya." (HR. Muslim).
Dari Abdullah bin Umar dari Nabi SAW, beliau bersabda,

إِنَّ اللّهَ يَقْبَلُ تَوْبَةَ الْعَبْدِ مَا لَمْ يُغَرْغِرْ.
"Sesungguhnya Allah Ta’ala menerima taubat seorang hamba selama nafasnya belum sampai di kerongkongan." (HR. at-Tirmidzi).
Taubat yang memenuhi lima syarat inilah yang menghadirkan ampunan Allah bagi pelakunya.

Kedua: Perbuatan yang baik.
Satu perbuatan baik dilipatgandakan menjadi sepuluh kali lipat, lebih dari itu bisa sampai tujuh ratus kali lipatnya bahkan berkali-kali lipat yang Allah kehendaki. Sementara satu kejahatan hanya dibalas dengan seumpamanya, maka benar-benar celaka dan binasa orang-orang yang balasan kejahatannya mengungguli kebaikannya. Bagaimana tidak, kebaikan yang dilipatgandakan begitu rupa bisa dikalahkan oleh kejahatan yang hanya dibalas dengan semisalnya.
Firman Allah Ta’ala,

"Barangsiapa membawa amal yang baik, maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya; dan barangsiapa yang membawa per-buatan jahat, maka dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedikit pun tidak dianiaya (di-rugikan)." (QS Al-An'am: 160). Firman Allah,

"Dan dirikanlah shalat itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya per-buatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat." (QS Hud: 114).
Sabda Nabi,

وَأَتْبِعِ السَّـيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا.
"Ikutilah perbuatan buruk dengan perbuatan baik niscaya ia menghapusnya." (HR. at-Tirmidzi).
Berikut ini adalah beberapa contoh kebaikan penghadir ampunan Allah.

Tauhid.
Tauhid adalah kebaikan, bahkan ia adalah dasar kebaikan. Segala kebaikan dunia dan Akhirat merupakan buah dari tauhid, di samping itu ia adalah penyebab diraihnya ampunan Allah Ta’ala.
Dalam sebuah hadits qudsi Allah Ta’ala berfirman, artinya:
"Wahai anak Adam, selama kamu berdoa dan berharap kepadaKu niscaya Aku mengampuni dosa-dosamu dan Aku tidak peduli. Wahai anak Adam, seandainya dosa-dosamu mencapai awan di langit, kemudian kamu memohon ampun kepadaku, niscaya Aku meng-ampunimu dan Aku tidak peduli. Wahai anak Adam, seandainya kamu datang kepadaKu dengan membawa dosa sepenuh jagat, kemudian kamu bertemu denganKu dalam keadaan tidak menyekutu-kanKu dengan sesuatu pun, niscaya Aku akan memberimu ampunan sepenuh jagat pula." (HR. at-Tirmidzi).
Di antara kebaikan yang dapat meraih keampunan Allah adalah syahid (gugur sebagai syahid di jalan Allah). Rasulullah bersabda,

يَغْفِـرُ اللّهُ لِلشَّهِيْدِ كُلَّ ذَنْبٍ إِلَّا الدَّيْنَ.
"Allah mengampuni seluruh dosa orang yang mati syahid, kecuali hutang." (HR. Muslim).
Hutang dikecualikan karena perkaranya di antara sesama manusia, dan perkara yang demikian dikembalikan kepada pemilik hak.
Di antara kebaikan yang dapat meraih ampunan Allah adalah berangkat ke masjid untuk menunaikan shalat fardhu berjamaah setelah sebelumnya bewudhu di rumah dengan sempurna.
Rasulullah saw bersabda,

مَنْ تَوَضَّـأَ لِلصَّلَاةِ فَأَسْبَغَ الْوُضُوْءَ ثُمَّ مَشَى إِلَى الصَّلَاةِ الْمَكْتُوْبَةِ فَصَلاَّهَا مَعَ النَّاسِ أَوْ مَعَ الْجَمَاعَةِ أَوْ فِي الْمَسْجِدِ غَـفَـرَ اللّهُ ذُنُوْبَهُ.
"Barangsiapa berwudhu untuk shalat, dia menyempurnakan wudhu-nya, kemudian dia berjalan menuju shalat fardhu, lalu dia melaksa-nakannya bersama kaum muslimin atau dengan berjamaah atau di masjid, niscaya Allah mengampuni dosa-dosanya." (HR. Muslim).
Kebaikan-kebaikan yang dapat meraih ampunan Allah tidak terbatas pada ketiga perkara di atas. Agama kita kaya dengan kebaikan-kebaikan untuk mendapatkan keampunan dari Allah SWT.
Cara meraih keampunan Allah yang ketiga adalah menjauhi dosa-dosa besar. Dosa besar adalah semua dosa yang diancam hukuman had di dunia atau mengundang murka dan laknat Allah atau diancam dengan azab akhirat. Apabila dosa dengan kriteria seperti ini dihindari, maka hal itu menjadi penyebab memperoleh keampunan dari Allah. Firman Allah Ta’ala, artinya;
"Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang kamu dilarang mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosamu yang kecil) dan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (Surga)." (QS An-Nisa’: 31).
Rasulullah SAW bersabda,

اَلصَّلَوَاتُ الْخَمْسُ، وَالْجُمُعَةُ إِلَى الْجُمُعَةِ، وَرَمَضَانُ إِلَى رَمَضَانَ، مُكَفِّرَاتٌ لِمَا بَيْنَهُنَّ مَا اجْتُنِبَتِ الْكَبَائِرُ.
"Shalat lima waktu, Jum'at ke Jum'at, Ramadhan ke Ramadhan adalah pelebur dosa di antaranya selama dosa-dosa besar dihindari." (HR. Muslim).
Cara keempat untuk meraih keampunan Allah adalah istighfar, memohon ampun kepada Allah. Istighfar sangat efektif dalam menangkal azab Allah. Firman Allah Ta’ala,

"Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang kamu berada di antara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedang mereka meminta ampun." (QS Al-Anfal: 33).
Oleh karena itu, para Nabi mengajak kaumnya kepada istighfar. Salah satunya adalah Nabi Nuh a.s. Nuh berkata,

"Maka aku katakan kepada mereka, 'Mohonlah ampun kepada Rabb-mu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun'." (QS Nuh: 10).
Juga Nabi Shalih, dia mengajak kaumnya kepada istighfar. Allah Ta’ala berfirman tentangnya,

"Hendaklah kamu meminta ampun kepada Allah agar kamu menda-pat rahmat." (QS An-Naml: 46).
Rasulullah sendiri bahkan beristighfar seratus kali dalam sehari, meskipun beliau telah meraih jaminan ampunan Allah atas dosa-dosa yang lalu dan yang akan datang. Beliau bersabda,

وَإِنِّيْ لَأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ فِي الْيَوْمِ مِائَةَ مَرَّةٍ.
"Sesungguhnya aku benar-benar beristighfar kepada Allah seratus kali dalam satu hari." (HR. Muslim).
Jika Rasulullah yang telah dijamin mendapat keampunan dari Allah tetap beristighfar dalam hitungan di atas, lantas bagaimana dengan kita yang tidak mendapatkan jaminan tersebut?
Hendaknya kita semua berusaha sungguh-sunggguh meraih keampunan Allah demi diri kita. Ampunan Allah adalah lebih baik daripada dunia dan segala isinya. Firman Allah artinya:
"Dan sungguh kalau kamu gugur di jalan Allah atau meninggal, tentulah ampunan Allah dan rahmatNya lebih baik (bagimu) dari harta rampasan yang mereka kumpulkan." (QS Ali Imran: 157).
Semoga bermanfaat untuk diri kita semua dan ummat Islam pada umumnya dalam rangka memasuki bulan-bulan suci penuh keberkahan ini. (Izka-Abu Razi)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Assalamu'alaikum wr.wb.
Pembaca Yang Budiman,
SELAMAT MEMBACA BULETIN MIMBAR ISLAM
Penerbit Lembaga Dakwah Pondok Pesantren AL HARBI PABALUTAN - BATUSANGKAR
Wassalam
Tim Redaktur