Selasa, 22 Desember 2009

PENYAKIT HATI

Penyakit Hati

"Maka apakah mereka tidak memperhatikan al-Qur`an ataukah hati mereka terkunci." (Muhammad: 24).

Rasulullah SAW bersabda artinya: "Ketahuilah bahwa di dalam tubuh terdapat segumpal darah, apabila ia baik maka seluruh tubuh akan baik, dan apabila rusak maka seluruh tubuh akan rusak. Ketahuilah ia adalah hati." (HR. al-Bukhari dan Muslim).
Sesungguhnya perkara hati merupakan perkara yang besar, sehingga Allah menurunkan kitab suciNya untuk memperbaiki hati.
Hal yang menekankan pentingnya memperhatikan hati adalah bahwa Allah menjadikan hati sebagai tempat bagi cahaya dan petunjukNya. Hati adalah tempat ilmu pengetahuan. Melalui hati, manusia dapat mengenal Allah. Dengan hati, manusia mengenal nama-nama Allah dan sifat-sifat-Nya. Dengan hati, manusia dapat menghayati ayat-ayat syar'iyahNya seperti firman Allah pada Surah Muhammad diatas.
Ayat tersebut menjelaskan bahwa hati manusia apabila terkunci, maka ia tidak akan dapat memperhatikan dan merenungkan ayat-ayatNya.

Dengan hati pula manusia dapat merenungkan ayat-ayat kauniyah, yaitu ciptaan Allah yang ada di jagad raya ini dan yang ada di dalam jiwa. Allah Ta’ala berfirman artinya:
"Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada." (Al-Hajj: 46).
Melalui ayat ini, Allah menjelaskan bahwa yang menjadi sandaran di dalam mengambil pelajaran terhadap ayat-ayat kauniyah Allah dalam jagat raya dan dalam jiwa adalah kecerdasan dan kesadaran hati.
Dan hal lain yang menekankan pentingnya menjaga hati adalah bahwa hati merupakan kendaraan yang digunakan seseorang untuk dapat menempuh perjalanan menuju akhirat.
Faktor penyebab lain yang menekankan pentingnya menjaga hati adalah bahwa salah satu sifat hati yang utama adalah mudah berbalik dan suka berubah. Hati sangat mudah berubah, gampang berbuat, dan tidak menentu. Rasulullah SAW bersabda, artinya:
"Sungguh, hati anak Adam itu sangat (mudah) berbolak-balik dari-pada bejana apabila ia telah penuh dalam keadaan mendidih." (HR. Ahmad).

BEBERAPA PENYAKIT HATI
Syirik
Syirik adalah menyekutukan Allah dengan sesuatu yang lain. Orang yang syirik adalah orang yang bergantung kepada selain Allah. Bergantung kepada selain Allah adalah perusak hati yang paling besar. Tidak ada perusak yang lebih berbahaya daripada perusak hati ini. Karena bila seseorang bergantung kepada selain Allah, maka Allah Ta’ala akan mewakilkan urusannya kepada sesuatu yang menjadi tempat dia bergantung tersebut, dan Allah menghinakannya karena tindakannya tergantung kepada selainNya itu. Dia telah kehilangan kesempatan memperoleh tujuannya dari Allah Ta’ala karena dia telah bergantung kepada selain Allah. Allah Ta’ala berfirman, artinya:
"Dan mereka telah mengambil sembahan-sembahan selain Allah, agar sembahan-sembahan itu menjadi pelindung bagi mereka. Sekali-kali tidak. Kelak mereka (sembahan-sembahan) itu akan mengingkari penyembahan (pengikut-pengikutnya) terhadapnya, dan mereka (sembahan-sembahan) itu akan menjadi musuh bagi mereka." (Maryam: 81-82).
Maka orang yang paling terlantar adalah orang yang bergantung kepada selain Allah, karena sesuatu yang hilang darinya berupa kemaslahatan, kebahagiaan dan kesenangannya adalah lebih besar daripada sesuatu yang dia dapatkan dari ketergantungannya kepada selain Allah. Bahkan sesuatu yang dia dapatkan itu pun nampak akan hilang dan punah.
Secara global, pondasi dan kaidah dasar kemusyrikan yang di atasnya dibangun sesuatu adalah sikap bergantung kepada selain Allah, dan orang yang melakukannya mendapatkan celaan dan keterlantaran, sebagaimana Allah Ta’ala berfirman, artinya:
"Janganlah kamu adakan tuhan yang lain di samping Allah, agar kamu tidak menjadi tercela dan tidak ditinggalkan (Allah)." (Al-Isra`: 22).

Mengikuti Nafsu dan Melakukan Dosa
Syahwat dan dosa merupakan penyebab kedua kerusakan hati. Allah Ta’ala berfirman, artinya:
"Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya sesat berdasar-kan ilmuNya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?" (Al-Jatsiyah: 23).
Semua dosa, baik yang besar maupun yang kecil itu merusak hati dan mengeruhkan kebersihannya. Oleh karena itu, Allah memerintahkan agar semua dosa ditinggalkan. Maka setiap orang yang beriman wajib meninggalkan dosa yang lahir maupun yang batin, apalagi dosa-dosa hati sangat berbahaya. Di antara dosa hati yang tersembunyi adalah riya' yang dapat merusak amal, yang bisa menjadikan amal bagai abu yang bertebaran, dan dengki yang dapat menghapus pahala-pahala kebajikan dan memperbanyak dosa.

Pergaulan yang tidak baik
Pengaruh-pengaruh yang dapat ditimbulkan oleh terlalu banyak bergaul dengan orang-orang yang tidak baik adalah penuhnya hati oleh asap nafas manusia hingga ia menjadi hitam, menyebabkannya terpecah-belah dan bercerai-berai, gundah gulana dan tertekan, karena menanggung beban yang tidak mampu ditanggungnya berupa pengaruh pergaulan yang buruk, kelalaiannya dari memperhatikan dirinya sendiri, terlalu sibuk dengan permasaahan mereka, dan pikirannya dipengaruhi mereka.
Betapa banyak akibat yang ditimbulkan oleh terlalu banyak bergaul dengan orang-orang yang tidak karuan, seperti turunnya hukuman. Allah menurunkan ujian, dan membatalkan anugerah, dan ia menjerumuskan ke dalam bahaya yang besar.
Sifat dan perangai terlalu banyak bergaul karena kecintaannya terhadap dunia untuk melampiaskan keinginan individu terhadap lainnya, kemudian orang yang terlalu banyak bergaul akan menyesal, sebagaimana Allah Ta’ala berfirman, artinya:
"Dan (ingatlah) hari (ketika itu) orang yang zhalim menggigit dua tangannya, seraya berkata, 'Aduhai kiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama-sama Rasul.' Kecelakaan besarlah bagiku, kiranya aku (dulu) tidak menjadikan si fulan itu teman akrab(ku). Sesungguhnya dia telah menyesatkanku dari al-Qur`an ketika al-Qur`an itu telah datang kepadaku." (Al-Furqan: 27-29).
Itulah kondisi semua orang yang berserikat dalam suatu tujuan. Mereka saling menyayangi selama saling tolong menolong dalam usaha mencapainya. Bila tujuan itu tidak tercapai maka timbullah penyesalan, kesedihan, dan rasa sakit. Akhirnya cinta itupun berbalik menjadi kebencian, satu sama lain saling melaknat dan menyakiti, sehingga tujuan itupun berubah menjadi kesedihan dan siksaan. Jadi setiap orang yang saling tolong-menolong dan menyayangi dalam kebatilan pasti akan beralih menjadi permusuhan dan kebencian.

Terlalu banyak berkhayal
Perusak hati selanjutnya adalah, 'terlalu banyak berangan-angan' yang menjadi bencana bagi seorang manusia. Sebagaimana dinyatakan bahwa berangan-angan adalah modal bagi orang yang bangkrut, dan kendaraan menuju janji-janji syetan berupa khayalan-khayalan yang mustahil.
Kemauan yang tinggi dan cita-cita yang mulia meletakkan harapannya pada ilmu, iman, dan amal yang mendekatkan dirinya kepada Allah Ta’ala, sdangkan angan-angan bagi mereka adalah tipu daya dan kebohongan.
Rasulullah SAW memuji orang yang berharap akan kebaikan, bahkan dalam beberapa hal Rasulullah SAW menjanjikan pahala baginya seperti orang yang melakukan kebaikan tersebut. Seperti bila ada orang yang berharap begini, "Bila aku memiliki harta, maka aku akan beramal seperti Fulan, yang mengamalkan hartanya karena takwa kepada Tuhannya. Dia menjalin silaturahim dengannya dan mengeluarkan hak fakir miskin darinya." Rasulullah SAW menyatakan, artinya: ”Kedua orang tersebut sama pahalanya." (HR. Ibnu Majah).

Terlalu Kenyang
Perkara perusak hati berikutnya adalah makanan. Perusak hati dari makanan ada dua macam: Pertama, sesuatu yang merusak dari dirinya sendiri dan dzatnya sendiri, yaitu perkara-perkara yang diharamkan. Yang pertama ini juga terbagi dua: Perkara yang haram karena hak Allah Ta’ala, seperti bangkai dan darah, daging babi, hewan buas yang memiliki taring, burung yang memiliki cakar. Dan ada perkara yang diharamkan karena hak hamba, seperti harta curian, harta dari hasil ghasab (perampokan), dan harta rampasan serta harta yang diambil dari pemiliknya tanpa keridhaan, baik dengan kekuatan atau dengan cara yang tercela. Kedua, sesuatu yang merusak diri seseorang karena melebihi kadar dan batasnya, seperti berlebihan dalam perkara yang halal, terlalu kenyang, yang menyebabkan seseorang tidak bersemangat dalam beribadah, dan dia sibuk dengan urusan perut.
Bila dia terlalu banyak makan, maka dia akan sibuk dengan urusan untuk menjaga kesehatan dan mengurangi lemak dan kolesterol, menderita karena terlalu gemuk, dan kekuatan syahwat lebih dominan. Syetan pun menjalar di dalamnya karena dia menjalar lewat darah manusia. Maka puasa dapat menyempitkan penyebarannya dan menutup jalannya. Sedangkan kondisi kenyang menjadikan syetan leluasa dan lebih luas bergerak. Siapa yang makan banyak, minum banyak, maka dia banyak tidur, sehingga merugi sangat banyak. Dalam hadits yang masyhur disebutkan, artinya:
"Tidak ada yang dipenuhi oleh anak Adam yang lebih buruk dari-pada perutnya. Cukuplah bagi anak Adam beberapa suap makanan yang menguatkan otot-ototnya, namun bila dia harus memakan makanan yang banyak, maka hendaklah dia mengatur sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiga lagi untuk nafas-(nya)." (HR. at-Tirmidzi).
Bila seorang muslim terjerumus dalam 'terlalu banyak makan', maka dia pun tidak akan selamat dari bencana 'terlalu banyak tidur'.

Terlalu Banyak Tidur
Sesungguhnya 'terlalu banyak tidur' adalah termasuk perusak hati karena ia bisa mematikannya, memberatkan badan, menyia-nyiakan waktu, mewariskan banyak kealfaan, kelalaian, dan kemalasan. Di antara 'perkara terlalu banyak tidur' ini ada yang tergolong sangat dibenci, dan ada yang berbahaya dan tidak bermanfaat bagi jasmani.
Tidur yang paling bermanfaat adalah tidur pada saat sangat dibutuhkan oleh tubuh. Tidur di awal malam adalah lebih terpuji dan lebih bermanfaat daripada tidur di akhir malam. Tidur di tengah hari lebih bermanfaat daripada tidur di salah satu ujungnya. Tidur di salah satu ujung siang hari, manfaatnya semakin berkurang dan bahayanya semakin besar, apalagi tidur di waktu Ashar, dan tidur sehabis Subuh.
Tidur yang makruh adalah tidur antara sesudah shalat Suubuh hingga terbit matahari, karena waktu ini adalah waktu yang sangat menguntungkan (untuk mengumpulkan rizki). Berjalan-jalan setelah Subuh memiliki keistimewaan yang sangat besar. Bahkan bila orang berjalan sepanjang malam, tidak akan sama dengan 'berjalan-jalan' sehabis subuh hingga matahari terbit, karena ia adalah awal siang dan pembukanya, waktu turunnya rizki dan terbukanya keberkahan. Dari waktu inilah, siang beranjak dan sebaiknya 'tidur di pagi hari' tidaklah dilakukan kecuali karena terpaksa.
Secara umum, tidur yang paling seimbang dan bermanfaat adalah tidur di pertengahan awal malam, sampai lewat tengah malam selama delapan jam. Inilah tidur yang paling baik menurut ilmu kesehatan.

OBAT PENAWAR HATI
Obat hati yang pertama adalah al-Qur`an al-Karim. Allah Ta’ala berfirman, artinya:
"Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Rabbmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman." (Yunus: 57).
Al-Qur`an adalah pelajaran yang paling menyentuh hati bagi orang-orang yang berakal atau mau mendengar. Al-Qur`an merupakan obat yang paling mujarab bagi penyakit-penyakit yang ada di dalam dada dan hati. Al-Qur`an mengandung penawar bagi penyakit syahwat, syubhat, dan lalai.
Ibnul Qayyim pernah berkata, "Inti penyakit hati adalah penyakit syubhat dan nafsu syahwat.” Sedangkan al-Qur`an adalah penawar bagi kedua penyakit itu, karena di dalamnya terdapat penjelasan-penjelasan yang qath'i yang membedakan yang haq dan yang batil, sehingga penyakit syubhat akan hilang. Adapun al-Qur`an memberikan penawar terhadap penyakit nafsu syahwat, karena di dalam al-Qur`an terdapat hikmah, nasihat yang baik, mengajak zuhud terhadap dunia, dan mengutamakan kehidupan akhirat.
Pertama, di antara hal penting bagi setiap orang yang ingin memperbaiki hatinya adalah mengetahui bahwa cara berobat dengan al-Qur`an itu tidak bisa hanya sekedar dengan membaca al-Qur`an, melainkan harus memahami dan mengambil pelajaran dari berita-berita yang terkandung di dalamnya dan mematuhi hukum-hukumnya.
Obat kedua adalah cinta kepada Allah. Cinta kepada Allah merupakan terapi yang paling mujarab bagi hati. Apalagi cinta itu merupakan akar ibadah dan pengabdian. Allah Ta’laa berfirman, artinya:
"Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapan orang-orang yang beriman, mereka amat sangat cinta kepada Allah." (Al-Baqarah: 165).
Ketiga, selalu mengingat Allah Ta’ala dalam setiap keadaan, dengan lisan, hati, dan perbuatan. Jadi, bagian yang diperolehnya dari cinta adalah sesuai dengan kadar dzikirnya.
Keempat, mengutamakan cinta Allah Ta’ala kepada sesuatu daripada cinta diri sendiri kepada sesuatu yang lain yang didominasi oleh hawa nafsu, dan berusaha mencapai cinta kepada apa yang dicintai oleh Allah Ta’ala walaupun jalur menuju ke sana sangat sulit.
Kelima, menelaah asma’ dan sifat Allah Ta’ala dengan hati, mempersaksikannya, dan mengenalnya. Hati terus-menerus menelaah hal itu di dalam medan olah makrifah ini. Maka barangsiapa yang mengenal Allah Ta’ala dengan nama-namaNya dan sifat-sifatNya serta perbuatan-perbuatanNya, maka dia pasti mencintaiNya.
Keenam, menyaksikan kebaikan, ihsan, dan tanda kekuasaan Allah Ta’ala, serta nikmat-nikmatNya yang lahiriyah ataupun batiniyah. Karena semua itu membangkitkan cinta kepada Allah Ta’ala.
Ketujuh, yaitu bermunajat kepadaNya, membaca kitabNya, menghadirkan hati di hadapanNya, beradab dengan adab ibadah dan penghambaan di hadapan Allah Ta’ala, kemudian diakhiri dengan beristighfar dan bertaubat.
Kedelapan, bergaul dengan orang-orang yang mencintai Allah Ta’ala dan orang-orang yang jujur, kemudian memetik buah perkataan mereka yang terbaik. Dan Anda tidak berbicara melainkan bila pembicaraan itu memiliki kemaslahatan, dan Anda mengetahui pasti bahwa pernyataan Anda menambah kebaikan kondisi Anda dan manfaat bagi orang lain.
Uraian di atas telah menjelaskan secara mudah bahwa ibadah hati adalah fundamen utama yang mana semua bentuk ibadah ditegakkan di atasnya. Maka dari itu, kebaikan jasad sangat tergantung kepada kebaikan hati. Apabila hati baik dengan ketakwaan dan iman, maka seluruh jasad menjadi baik untuk me-lakukan ketaatan dan kepatuhan.
Jadi, iman seseorang tidak akan lurus dan tidak akan baik kecuali jika hatinya lurus dan baik. Allah menjelaskan bahwa keselamatan di hari kiamat kelak sangat tergantung kepada keselamatan, kebersihan, dan kebaikan hati. Allah Ta’ala berfirman,

"Pada hari di mana harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih." (Asy-Syu'ara`: 88-89).
Dan Rasulullah SAW berdoa,
يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوْبِ، ثَبِّتْ قَلْبِيْ عَلَى دِيْنِكَ
"Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku berpegang teguh pada agamaMu." (HR. at-Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad).
Akhirnya, marilah kita berdoa kepada Allah Ta’ala, agar menjadikan kita termasuk hamba-hambaNya yang mempunyai hati yang selamat.(Luqman Hakim, M.HI/Abu Razi.)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Assalamu'alaikum wr.wb.
Pembaca Yang Budiman,
SELAMAT MEMBACA BULETIN MIMBAR ISLAM
Penerbit Lembaga Dakwah Pondok Pesantren AL HARBI PABALUTAN - BATUSANGKAR
Wassalam
Tim Redaktur